Rabu, 19 Agustus 2015

Pola Pikir dan Indonesia

            Saya menganggap bahwa pola pikir dibentuk dari tiga hal antara lain lingkungan, agama serta proses hidup yang semuanya saling terikat. Semakin dewasa kita maka semakin pula pola pikir itu berubah. Entah semakin baik atau tidak, entah semakin optimis atau menjadi pesimis. Setidaknya bagi saya memahami pola pikir orang lain jika menjadi penyeleksi, konsultan atau sebagainya ini sangat penting daripada hal yang dinamakan kemampuan study.

1. Lingkungan
            Pola pikir manusia berkembang atas dasar apa yang ia rasa dan ia ingin lakukan, lingkungan membentuknya, terutama membentuk karakter pribadi. Saya orang melayu dan saya sangat suka ngobrol untuk sekedar tukar pendapat sambil minum kopi atau sekedar memakan kentang goreng untuk menghabiskan waktu walau itu hanya obrolan ringan, bodoh dan tidak bermanfaat. Tapi berkat ini saya punya gambaran untuk suatu hal, misalkan saya jadi tahu jokja walau belum kesana. kehidupan sehari-hari berkat lingkungan seperti ini serta kebiasaan terus menerus mau tidak mau mempengaruhi pola pikir saya

2. Agama
            Hal yang membuat saya merasa beruntung lahir di dunia adalah saya beragama islam dari lahir. Entah jika saya lahir dari ibu bapak agama lain, saya tidak tahu. Agama membantu pola pikir, itu pasti. Jika dulu pada masa saya masih ada pelajaran di sekolah yang sekarang sudah ditiadakan yaitu budi pekerti, itu juga membantu pola pikir dasar dari kecil. Sekarang bagi saya manusia harus lebih mengakar ke agama untuk membangun aspek dasar hidup, karena dunia menurut saya semakin lama semakin tidak manusiawi

3. Proses hidup
            Perjalanan hidup adalah pengalaman paling berharga. Tidak mungkin manusia tidak mempunyai kesalahan dan di masa seterusnya sudah sewajarnya manusia tidak ingin mengulangi kesalahan yang sama. Perjalanan hidup membangun pola pikir manusia untuk lebih baik, bahkan sebaliknya untuk memupus harapan dan itu pasti setiap orang rasakan, ada hal yang tidak bisa dicita-citakan lagi karena waktu takkan kembali. Sikap kita dengan ini sesuai dengan pribadi dan pola pikir masing-masing


            Jika tulisan ini saya coba jadikan masalah yang lebih luas, Jadi Apakah INDONESIA butuh perubahan pola pikir?  Menurut saya iya daripada perubahan mental yang tidak lain adalah aspek pola pikir.

            Hal-hal yang membuat saya membedakan pola pikir orang Indonesia dengan negara lain adalah sebagai berikut:

1. Ras
            Berbeda-beda tapi tetap satu jua, ini hanyalah pepatah lama, kenyataan di Indonesia kehidupan seseorang kadang dapat dilihat dari ras. Indonesia adalah negara banyak suku tapi cara hidupnya kesukuan. Contoh kecilnya, betapa bangganya suatu daerah jika ada menteri atau pejabat dari tanah daerah itu. Saya jadi ingat perkataan guru pkn saya SMA dulu, bahwa orang papua tidak cocok jadi orang Indonesia, ini mau menyinggung ras atau bagaimana saya dulu tidak tahu. Tapi saya mulai tahu bahwa itu hinaan halus kepada pemerintah karena tak menganggap papua dan hanya dijadikan proyek kerjasama.
            Bandingkan dengan Afrika Selatan dimana Nelson Mandela mampu merangkul ras kulit putih dan hitam atau negara di ASEAN saja seperti Singapura yang rasnya malah terdiri dari beberapa negara tapi mereka masih maju.
             
2. Cita-cita
            Apa sebenarnya cita-cita besar bangsa Indonesia, jujur saya sekarang masih bingung. Jika ingin memakmurkan rakyat Indonesia. Itu jawaban umum yang tanggapannya pun relatif, tergantung dari mana berasal. Jika tinggal di kota bisa saja jawabannya makmur. Jika tinggal di daerah tertinggal menjawab makmur adalah jawaban konyol. Jika ingin menjadi negara maju, balik lagi ke awal. Itu jawaban umum dari pemerintah.
            Bandingkan dengan jepang yang sedari awal punya tahapan cita-cita, setelah Nagasaki dan Hiroshima di bom. Cita-cita Jepang hanyalah membangun kembali negara dengan prioritas pendidikan. Cita-cita mereka terus berkembang, dulu dunia produksi mereka meniru China. Made in China kualitasnya lebih baik dari Made in Japan, sekarang sudah terbalik, bahkan mereka jadi negara top dengan teknologi dan kreasinya yang gila.

3. Misi Hidup
            Ini patut ditanyakan pada pribadi masing-masing penghuni suatu negara. Seberapa besar misi hidup anda. Rakyat Indonesia kebanyakan dari kecil di didik dengan cita-cita yang biasa yang hidup beralaskan ingin bermanfaat dengan beragam pekerjaan bergenre jasa. Termasuk saya yg dulu ingin jadi pilot dan sekarang baru lulus dari keguruan. -_- Ingin jadi guru, polisi, bidan, tentara, pilot dan sebagainya itu jawaban otentik anak kecil seperti gambar dua gunung yang ditengahnya matahari. saya jamin hanya segelintir yang masa kecilnya ingin jadi “pengusaha” “actor” “penulis” dan sebagainya. apalagi punya cita-cita jadi presiden. emang enak hidup jadi pns (padahal saya juga terjebak dengan sistim, ingin jadi pns hahaha)
            Coba bandingkan dengan negara luar. Contoh kecil mangaka naruto yang sedari kecil ingin menggambar komik atau saya lupa aktor barat yang sedari kecil punya cita-cita jadi aktor dan sekarang ia aktor besar. Oh iya contoh mudahnya si chaplin yang sedari kecil ingin jadi komedian. Banyak contoh lain, jika penasaran searching sendiri.

4. Budaya
            Kita adalah negara pengekor, itu sudah pasti. Budaya kita melimpah ruah tapi kita tetap lebih menyukai budaya luar gara-gara media. Negara budaya musiman. Jika musim korea para remaja demam korea. Jika musim india jadi hobi india. Sekarang lagi musim turki-turkian. Siap-siaplah mengekor Indonesia!
            Padahal lihat saja negara lain yang kekurangan budaya dan mengambil beberapa budaya kita, kita marah, tapi tak kita lestarikan. Jepang dan korea adalah contoh nyata budaya mereka mekar mewangi. Lewat anime, gambar, imajinasi. Semua orang tahu budaya jepang seperti ninja, samurai, kimono, sushi dan sebagainya. lewat drama semua orang tahu budaya korea tentang kerajaan, baju daerah, makanan dan sebagainya. belum negara-negara eropa dan latin yang budayanya populer dengan berbagai cara. kita hanyalah pengekor.

5. Inspirator
            Tanyalah pada dirimu sendiri, siapa inspirator hidupmu. Jika orangtua atau nabi Muhammad SAW. Ya itu jawaban mutlak. Semua orang tahu. Tapi tanyakan orang yang memotivasimu untuk maju dan ingin kau ikuti kehidupannya. Contoh kecil misal terinspirasi dengan Ir Soekarno. Itu jawaban yang bagus sekali. Tapi apa benar jadi inspirator atau cuma mengagumi. Jangan jadi kebanyakan mahasiswa pendemo yang inspirator diri sendiri saja kadang tidak tahu, tahu tapi mau mengikuti jejaknya. Inspirator yang benar-benar ingin kau ikuti langkahnya.
            Coba tanya ras negro di amerika, inspirator mereka Martin Luther Jr. Tanya orang Afsel, Mereka mempunyai Nelson Mandela. Tanya india, mereka punya Gandhi. Itu secara gamblang dan umum. Untuk pribadimu masing-masing sesuai dengan cita-citamu. contoh saya penggemar Iwan s, Amran Halim, Tamaki hingga Morgan Freeman. Kalau inspirator Guru saya belum punya yang real, yang fiksi ada seperti koro sensei, ron clark, Prof Melvin film the great debaters dsb (paragraf ini jadi curhat -_-)

6. Rival/Persaingan
            Apakah persaingan adalah hal yang sehat di Indonesia. Kebanyakan tidak. Persaingan di Indonesia lebih tepatnya di bawah tindak kekuasaan, seperti modifikasi kata-kata Ki Hajar Dewantara ini. “Dari atas memberikan dorongan untuk menjatuhkan” Indonesia adalah negara yang orang-orangnya merasa paling benar dan tak ingin dikalahkan. Bukan saling bersaing. Contoh kecilnya untuk negara yang sudah terjebak sistem, pihak yang sudah berkuasa merasa tidak ingin dikalahkan oleh rival yang nyatanya lebih hebat dan menghalalkan segala cara untuk menghancurkan. Toh dia punya kekuasaan.
            Jangan samakan dengan negara lain dimana rival dan persaingan sudah mendarah daging, contoh kecilnya dalam hal produksi film. dimana pixar dan disney saling bersaing menjadi yang terbaik. Di amerika dimana marvel comics dan dc komics dari jaman nenek moyang sampai sekarang menjadi rival sejati.
           
7. Kebanggaan
            Apa yang kau banggakan dari negaramu, Sumber daya alamnya yang dihisap investor luar atau Sumber daya manusianya yang banyak tapi belum punya daya. Negara yang makmur? Atau kejayaan kerajaan masa lalu yang sudah jadi legenda atau sebenarnya sekedar mitos.
            Bandingkan dengan  negara-negara luar yang sudah maju dan bermartabat, jepang dengan teknologinya, amerika dengan digdayanya, finlandia dengan pendidikannya. malukah kita pada leluhur? Haruskah karakter seperti ini terus menerus.
(ah memikirkan ini rasanya terlalu besar, saya belum besar)



SELAMAT ULANG TAHUN INDONESIA YANG KE-70

Maaf saya pemudamu yang belum mempersembahkan apa-apa.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar